Pengikut
Senin, 30 Maret 2020
Penyesalan
Penyesalan
Dilimpahi kekayaan orang tua sejak lahir serta kecantikan yang aku miliki, membuatku tak sulit menemukan pasangan hidupku kelak. Tunanganku dr. Ranu, adalah seorang dokter muda, dan tampan. Sorot matanya yang lembut dan intonasi suaranya yang meneduhkan berhasil mencuri hatiku. Selama ini Ranu selalu menuruti keinginanku, namun tidak dalam rentang tiga bulan ini.
Ranu tak lagi menelponku sebelum aku tidur. Ia juga menolak menemuiku di saat aku rindu padanya atau sekedar ingin makan malam berdua dengannya. Aku menemuinya di rumah sakit. Aku sangat marah padanya dan berteriak kalau Ranu mengabaikanku bahkan tak lagi mencintaiku. Ranu menatapku dan menarik napasnya, "Betapa aku selama ini buta. Bagaimana mungkin aku bisa bertunangan dengan wanita manja dan kekanak-kanakan sepertimu? Di sini aku bekerja, mempertaruhkan hidup matiku. Pulang ke rumahpun sudah tidak sempat. Pasien-pasien baru suspect corona terus berdatangan. Dan kamu malah meributkan hal remeh seperti perhatian dan cintaku?" Setelah menatap tajam padaku, ia membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi.
Aku tak pernah mengira itulah terakhir kalinya berjumpa Ranu. Sembilan hari kemudian berita duka kuterima, dr. Ranu telah berpulang. Kondisi tubuh yang kecapaian juga resiko tinggi tugasnya sebagai salah satu petugas medis yang bertugas di garda depan telah merenggut nyawanya. Tunanganku yang lembut dan baik itu telah berpulang, menengok jenazahnyapun tidak diijinkan. Hanya sebait doa selamat jalan dan penyesalan permintaan maaf yang bisa aku naikkan kepadaNya dalam sebuah subuh yang hening.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar