Pengikut

Senin, 30 Maret 2020

Pasar Malam

PASAR MALAM

"Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan," kalimat mesin penjawab itu begitu perih di telinga Surati. Mata keriputnya nanar menatap sekeliling yang mulai sepi. Beberapa wahana permainan sudah tutup. Nampak seorang lelaki dan putri kecilnya bersenda gurau sambil menutupi barang dagangannya dengan terpal. Hati Surati semakin perih melihatnya.

Beberapa jam yang lalu, Surati tersenyum bahagia sepanjang jalan. Anak dan menantunya mengajak Surati melihat pasar malam. Untuk seorang nenek  yang selalu duduk di kursi roda, pasar malam tentu mengobati kerinduan akan kebebasannya dulu. Saat-saat di mana kakinya masih mampu menyusuri tapak hidup, dan matanya melirik kelap-kelip lampu warna-warni. Pun, ini adalah kehangatan yang ia syukuri setelah sebulanan ini melihat muka-muka masam dari penghuni rumah yang didiaminya.

Sebulanan lalu, Surati menurunkan seluruh kekayaannya kepada anak tunggalnya. Anak semata wayang itu pulang bersama istrinya setelah sekian lama tinggal di kota lain. Surati yang renta bulat hati menyerahkan hidup pada mereka. Mengurus pesing ompolnya, juga menjamah tangan rapuhnya. Semua kenangan berloncatan. Pelan-pelan air mata Surati turun menyusuri setiap kerut di pipi peotnya. Lewat tengah malam, pasar sudah mati. Lampu padam dan orang-orang tenggelam dalam mimpinya.  Sementara itu Surati terus menelpon anak tunggalnya, dan menuai jawaban yang sama. Sekitar pukul dua dini hari, gawai Surati habis baterai.

Yogyakarta, Januari 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar