Pengikut

Senin, 30 Maret 2020

Tentang Laki laki entah siapa namanya

TENTANG LELAKI, ENTAH SIAPA NAMANYA

Seketika ia hampir berteriak kegirangan. Gawainya bergetar, petanda ada pesanan masuk. Dan benar saja, ada yang memesan makanan. Dilihatnya jumlah total harga. Dengan agak ragu ia rogoh kantong celananya. Beberapa lembar uang kertas dan receh ia gabung sambil menggumam pelan, "Alhamdulillah sisa seribu." Segera ia mengenakan jas hujan dan menghidupkan motor bututnya.

Menjadi tukang ojek online di usia hampir tujuh puluh tentu bukan maunya. Tetapi melihat istrinya terkapar karena stroke di sebuah rumah kecil dengan atap yang sebagian bocor sudah cukup untuk menjawab tanpa harus menanyakannya. Mereka tiada beranak. Untung ada tetangga baik yang mendaftarkan akun dan membolehkan ia menjalankannya. Lelaki tua itu menembus hujan yang sedang lebat-lebatnya, dengan sedikit senyum di bibirnya.

Tanpa melepas jas hujan, ia menyerahkan uang terakhirnya. Sebungkus plastik besar makanan berpindah ke tangannya. Namun alam punya cerita. Sesaat sebelum ia menghampiri motornya, gawai berbunyi. "Maaf pak, saya cancel. Kelamaan," mata tuanya membaca kalimat setajam petir itu. Sejurus kemudian pesanan hilang dari aplikasinya. Mata sayunya bergenang air mata, semakin buram seburam air hujan. Ia melangkah gontai ke arah sepeda motor bututnya. Di balik helm itu, air mata berjatuhan. Lelaki tua itu melaju kencang menembus hujan lebat, bedanya kali ini dengan mata terpejam.

Yogyakarta, saat hujan sedang deras-derasnya, Januari 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar