Pengikut

Senin, 30 Maret 2020

Pembunuh Tak Berwujud

Pembunuh tak Berwujud

"Pokoknya Ibu nggak setuju kamu bekerja di situ!" Untuk kesekian kalinya kalimat itu Ibu ucapkan padaku. Berkali juga kujelaskan aku mencintai pekerjaanku. Ketakutan Ibu akan keselamatanku menjadi momok dalam hidupnya. Setiap kali ada yang menjadi korban karena resiko pekerjaan itu, Ibu selalu was-was. Ibu akan terus mencecarku dengan kalimat yang sama, 'Berhenti bekerja'. Karena itulah aku memutuskan untuk tak lagi tinggal seatap dengan Ibu. Keputusan yang terpaksa kuambil.

Tak ada Ibu yang bermaksud tidak baik ke pada anaknya, pun Ibuku. Aku mafhum semua yang dilakukan, semata karena rasa sayang. Namun, aku bukan lagi anak kecilnya dulu yang selalu saja dikhawatirkan.

Kini, bukan hanya badanku yang tumbuh besar, pola pikirku pun sudah berubah. Semua yang kulakukan murni menjadi tanggung jawabku seorang. Baik-buruknya sudah kuperhitungkan. Pekerjaanku memang penuh resiko. Namun, jika setiap pekerjaan beresiko tak ada satu orang pun yang ingin melakukan. Maka tamatlah peradaban dunia. Aku bekerja di sebuah perusahan dengan para pembunuh yang tak berwujud. Tetapi, tak ada yang membuatku takut, karena ilmunya sudah kukantongi. Tentunya dengan kewaspadaan tinggi yang selalu mengiringi langkahku sebagai teknisi listrik.

Masih terus belajar membuat pentigraf. Mohon maaf, jika masih belum sesuai ketentuan pentigraf yang benar 🙏🏻

Tidak ada komentar:

Posting Komentar