Pengikut

Senin, 30 Maret 2020

Akhir Episode

AKHIR EPISODE

Cerita berjalan semakin seru, sesekali tangan Nur mengepal-ngepal geram. Tak jarang ia memekik gemas ketika tokoh utama menangis tanpa perlawanan saat ditindas. Saat itulah pintu rumahnya digedor-gedor dari luar. Dengan gusar ia melangkah ke  pintu depan. Keasyikannya menonton sinetron terganggu oleh suara itu. Cara bertamu yang tak sopan, pikirnya. Ia tak merasa berurusan dengan siapapun, baik bank plecit, debt collector, atau apapun yang berpeluang melakukan cara bar-bar menggedor pintu begitu.

Sesampainya di luar, beberapa orang berkumpul mengelilingi sesosok tubuh mungil bersimbah darah. Nur menjerit dan menangis sejadi-jadinya. Matanya menatap liar ke arah sesosok lagi yang menangis ketakutan. Dito, anak sulungnya yang masih kelas dua SD, gemetaran. Di sebelahnya tergeletak potongan besi dengan darah, darah Dirga, adiknya yang masih TK nol besar.

Nur sujud memeluk tubuh diam Dirga sambil menciuminya, beberapa tetangga berusaha menenangkan. Dengan kemarahan yang teramat sangat, Nur menghardik menanyai Dito atas apa yang telah dilakukannya. Dengan polos Dito menjawab, "Dito berusaha membasmi penjahat, Bu. Dirga jadi penjahatnya. Dito ingin seperti yang di tv tadi malam itu Bu." Badan Nur ringan seperti melayang. Ia teringat sinetron kesukaannya yang setiap malam mereka tonton. Pandangan Nur gelap, tubuhnya limbung dan pingsan. Dalam pada itu, nampak Dirga memandang sinis padanya.

Kampung, di depan TV, November 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar