Pengikut

Senin, 30 Maret 2020

Yang Dirindu

Yang Dirindu

Aku tak perlu menyejajarkan diri, dengan burung pungguk yang merindukan rembulan. Menghayal-hayal keindahan, tetapi sulit kesampaian. Ataupun seumpama kisah yang pernah terbaca tak sengaja, di beranda dunia maya. Kisah tentang seorang istri, yang menuntut suaminya. Agar mau membuatkan larik puisi. Sepele memang permintaannya, bagi seseorang yang terampil berimajinasi. Akan tetapi menjadi beban tersendiri. Bagi seseorang yang tak mengerti literasi.

Menjelang pagi. Kutulis puisi lagi yang isinya menggambarkan rasa cinta untuk suami terkasih. "Ummi, tahu gak maksud puisi ini?" dia bertanya lugu, sekaligus lucu bagiku. Puisi yang semanis madu asli ini, goresan khayalku sendiri. Sudahlah pasti isi dan maknanya merasuk ke dalam hati. Ada sedikit sesal bersemi merimbuni relung sanubari. Namun, secepat kilatan cahaya kuhalau pergi. Sangat salah jika menuruti emosi untuk hal seremeh begini. Mungkin maksud pertanyaan suami kekasih pujaan, bukan untuk merendahkan. Bersebab memang betul dia tidak paham. "Ah, dunia kami berbeda,"

Sejujurnya. segumpal kesedihan menghimpit lubuk sukma. Mungkin juga, masih banyak istri-istri di luar sana yang bernasib sama. Menginginkan suaminya seorang pandai berpuisi. Namun, apalah daya. Ujung-ujunnya berakhir di ungkapan ya sudahlah. Kemudian berlapang dada. Mencari bahagia dari sisi lainnya. Toh masih banyak hal positif yang bisa suami persembahkan. Berupa kedamaian sejati pembersih ruhani. Kebiasaan berbuah pahala, dan di akhirat membawa syafaat. Walaupun bernada biasa saja. Tak seperti lagu pada umumnya. Namun, sangat bangga aku mendengarkan. Indah, damai, "Suamiku. Terima kasih untuk hadiah darimu di setiap awal pagi dan sebakda maghrib," konsistensimu menciptakan peluang untuk tilawah Alquran. Setiap saat kurindukan.

TARIS, 28 Februari 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar