Pengikut

Senin, 30 Maret 2020

Penyesalan

PENYESALAN

By Sumarjiyanti

Hermawan bergegas melangkah melewati halaman. Tidak sabar rasa hatinya segera mengetuk pintu rumah. Rasa rindu menderu akan bertemu Damayanti, putri tunggalnya, yang telah 3 bulan tidak bertemu. Ketika pintu bercat putih itu terbuka, dia merangsek masuk segera. Hampir ditabraknya tubuh mungil istrinya yang masih memegang daun pintu. Lega hatinya ketika dia melihat Damayanti berlari kearahmya dan kemudian memeluk penuh rindu.

Ketika Hermawan kembali berangkat bertugas, satu impian Damayanti kini menjadi impiannya pula. Sebuah sepeda motor matic, ingin dia membawa pulang untuk buah hatinya. Hanya sepekan angannya terwujud sudah, dia pulang dengan membawa sepeda motor matic warna merah, meski tidak baru tetapi sama benar  sebagaimana yang diinginkan Damayanti. Rasa bangga dan bahagia memenuhi dadanya saat membawa motor itu masuk ke dalam rumah. Terbayang kegembiraan putrinya saat mencoba sepeda motor yang baru saja dibawakannnya.

Istrinya justru menanyakan keberasaan putrinya kepada Hermawan. Istrinya heran bagaimana sepeda motor pinjaman tetangga yang dibawa putrinya kini bisa dibawa pulang Hermawan, tanpa ada Damayanti bersamanya. Damayanti sedang beangkati ke Semarang di saat pagi buta untuk melakukan daftar ulang Mahasiswa baru. Tetangganya yang baik hati meminjamkan sepeda motor matic warna merah itu, agar urusannya cepat selesai. Hermawan berdiri bagai patung tidak mampu bicara, tak berkedip, bernafas pun serasa tidak sanggup lagi. Dadanya gemuruh bagai ada tsunami yang meluluh-lantakkan semuanya. Tatapan mata istrinya bagai pedang menghunjam di dadanya. Bumi yang dipijaknya seakan runtuh, tidak ingin lagi dia melihat dunia. Gadis yang dia bunuh dan rampas motornya di tikungan gelap itu, serta jasadnya dia buang ke jurang, adalah Damayanti, putrinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar