Pengikut

Senin, 30 Maret 2020

Akhir dari sebuah makan malam

AKHIR SEBUAH MAKAN MALAM

Makan malam terpanjang yang pernah kualami seumur hidupku. Bertahun denganmu, setelah beranak pinak, mengarungi susah senang, bahkan kau tak menanyakan mengapa aku lebih banyak diam, pun ketika lima menu makanan itu kubiarkan teronggok di depanku.

Kau, begitu lahap menyantap menu kesukaanmu hingga lunas. Tak ada sedikitpun kelu atau kerenyit dahimu melihat keganjilan tingkahku, yang sudah sekian lama duduk bersamamu di meja dan kursi ini. Restoran tua yang bahkan jika meja ini terisi kau bersikeras untuk menunda makan malam kita, alasanmu adalah untuk selalu mengingat tentang cinta: kita. Tapi malam ini, aku seolah tak ada di matamu.

Aku melihatmu semalam bercengkerama di sini, di meja favorit kita ini, dengan sosok baru. Aku yakin itu bukan teman. Pelukan dan sesekali mencium tangan, itu lebih dari cukup untukku meyakini kau berpaling dariku. Dan ini adalah kesakitan teramat dalam bagiku, seorang istri yang kau khianati. Lalu gawaimu berbunyi dan kau mengangkatnya seraya pamit pura-pura ke kamar mandi. Setelahnya kau datang dengan muka pucat pasi. Kau mengajakku menyudahi makan malam ini lekas-lekas. Namun apapun yang kau sembunyikan, aku tahu itu kecemasan: darinya. Tenanglah, ucap batinku sinis. Ini masih percik api dari neraka yang akan kuciptakan untuk kalian, dia khususnya. Sekotak kado berisi boneka kepala putus bersimbah darah di depan pintunya, dariku, belumlah apa-apa. Semua baru akan dimulai.

Yogyakarta, Desember 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar