Pengikut

Senin, 30 Maret 2020

Alam Pedesaan

ALAM PEDESAAN

"Lihatlah langit membiru... rasanya sejuk dipandang" kata Robby sambil menunjuk ke langit biru. Kemarau itu memang membuat gerah, tapi semilir sang bayu yang berhembus cukup mengusir hawa yang panas. Sungguh nyaman alam di pedesaan di tempat yang lengang. Jauh dari jalan yang ramai. Debu dan asap knalpot di jalanan mengotori paru-paru.

Setiap pagi, walau hanya beberapa saat mencoba mengayuh sepeda onthel tua kesayangannya menyusuri jalan di pinggiran pesawahan. Ia mencoba mengambil route yang tak banyak dilalui kendaraan bermotor. Berhenti sejenak di tempat yang sepi. Menghirup udara segar yang bebas dari polusi. Suasana yang hening turut mendukung keinginannya. Terkadang ia merasakan orang-orang memandangnya dengan heran. Entah merasa aneh melihatnya atau menilai sebagai orang yang kurang kerjaan. Bahkan ada pula yang memandang sinis, dianggap orang miskin yang tak mampu membeli kendaraan bermotor. Mungkin ada juga yang merasa kasihan. Robby tak peduli dengan semuanya itu. Ia ingin menikmati kebebasan di alam pedesaan.

Robby sering tertegun. Area yang dahulu sebagai area hijau telah berubah statusnya. Pinggiran sawah banyak berserakan sampah yang terbungkus plastik. Saluran air pesawahan sudah tak sejernih dahulu. Juga terkontaminasi buangan sampah dan plastik yang mengotorinya. Entah, apa yang ada dipikiran mereka saat membuang sampah sembarangan di pinggiran jalan di pesawahan. Kumuh juga tentunya. Dalam hati Robby menangis. Tapi tak mampu berbuat apa-apa.

#Pentigraf_hijau
#Masih_Belajar_Menulis

Solo, 22 Oktober 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar