Pengikut

Senin, 30 Maret 2020

Skuter Baru

SKUTER BARU
Aktivitas kuliahku di semester lima ini semakin padat. Di samping jadwal kuliahku yang tak seragam, aku juga harus mengerjakan tugas kelompok bersama teman-teman. Suatu malam, aku coba merayu papa untuk membelikanku kendaraan supaya tidak perlu naik ojol ke sana kemari lagi. Setelah makan malam, kulihat Papa sedang duduk santai sambil menikmati kopinya dan nonton televisi. "Pa, kegiatan kuliah Riri kan makin padat tuh jadinya susah gak punya kendaraan," rengekku. "Jadi maksudmu gimana?" pancing Papa. "Beliin skuter ya, Pa." Papa tampaknya mengerti akan kebutuhanku. Jadilah permintaanku dikabulkan.
Naik skuter baru rasanya sungguh menyenangkan namun sayang kesenanganku terganggu. Di hari ketiga mengendarai skuter baruku, aku merasa ada suara yang aneh di mesin skuterku. Pulang kuliah, akupun mampir ke bengkel resmi tapi sayangnya, menurut teknisi bengkel, itu hal normal. Nanti sekalian dicek ketika service pertama. Meski tak merasa puas, aku terpaksa mengalah dan menunggu sampai saatnya service pertama tiba. Dengan perasaan dongkol, aku ke parkiran bengkel untuk mengambil skuterku.
Ketika aku naik ke skuterku, seorang cowok ganteng memandangiku. Aku salah tingkah sampai-sampai aku tak berhasil membuka kunci skuterku. Berkali-kali kucoba tapi seolah-olah itu kunci yang salah. Aku bingung sambil mengamati anak kunci di tanganku. Tiba-tiba si cowok ganteng sudah ada di sampingku. "Ada apa dengan skuterku, Mbak?" Aku bertambah bingung. "Bukannya skuter Mbak yang ini," ujarnya sambil menunjuk skuter yang berwarna sama yang diparkir di sebelah skuter yang kududuki. "Maaf, Mas. Aku salah naik," jawabku malu. Kalau bisa rasanya aku ingin menghilang detik itu juga dari hadapan si cowok ganteng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar