Pengikut

Senin, 30 Maret 2020

Kesempatan kedua



Kesempatan Kedua

Aku tidak menyukai mertuaku yang terus menanyakan kapan aku hamil. Aku juga tidak cocok dengan adik ipar laki-lakiku. Aku pun mengajak suamiku pindah rumah, melepaskan diri dari semua hal yang menyesakkanku.
Apartemen ini sebelumnya kami sewakan kepada orang lain. Saat masa sewanya habis, suamiku setuju untuk pindah ke sana. Minggu-minggu awal  tinggal di sini, rasanya aku sangat bahagia. Memasuki minggu ketiga, aku merasa sepi. Sunyi sekali rasanya apartemen ini bila aku pulang kerja. Suamiku mengeluh kalau aku sering menelponnya bila ia sedang lembur di kantor. 

Dan aku tak mengira, aku mengalami tahapan yang kucemaskan itu. Batuk, kemudian tenggorokanku sakit, demam kemudian tubuhku rasanya lelah sekali.  Aku tak terkejut kala dokter mendiagnosa kondisi sakitku ini sebagai covid19. Aku hanya tak mengira, virus itu akhirnya menulariku. Suami juga orangtuaku tak boleh menjengukku. Aku masuk perawatan intensif dengan biaya pemerintah.  Rasa sepi semakin melandaku. Aku juga sulit bernapas.

Di ranjang ini aku teringat mama mertuaku. Beliau rajin ke pasar, memasak aneka hidangan yang menggugah seleraku. Aku teringat Nathan, adik iparku. Sebenarnya ia baik, ia suka mencucikan motorku tanpa aku memintanya. Ah, aku teringat suamiku yang seringkali memilih diam bila aku berselisih paham dengan mama mertua dan adiknya. Suamiku yang baik, ia mencoba berdiri di tengah, tanpa memihak salah satu dari kami. Bila aku bisa bangkit dan lepas dari ranjang ini, aku berjanji akan merubah sikapku pada semuanya. Aku mau menjalani hidup yang baru. Aku mau menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tuhan, tolong beri aku kesempatan kedua. Sembuhkanlah aku.

-Solo, 29 Maret 2020-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar