Pengikut

Senin, 30 Maret 2020

Gelap

GELAP


"Beras habis, Mas". Dengan berat hati kusampaikan, bahwa persediaan beras kami habis. Betul-betul habis. Tak bersisa sedikitpun. Entah hari ini aku harus masak apa, terutama untuk Danang dan Fitri, anak-anak kami. Butuh waktu semalam penuh keraguan, dan akhirnya kuputuskan untuk bilang pada Mas Yoto yang sedang bersiap-siap untuk narik becak.

"Dasar perempuan mata duitan. Duit saja yang kau minta.  Nggak tahu apa, situasi lagi paceklik begini. Gara-gara korona. Aku mangkal saja dikejar-kejar polisi. Suruh pulang. Memangnya kalau pulang aku dapat duit dari mana," Tajam, setiap kata dan tatapan mata yang entah sudah kesekian kalinya melukaiku. Sudah bisa kuperkirakan. Selalu seperti ini, setiap kali  aku meminta uang sekedar untuk membeli sayur mayur dan lauk untuk makan di rumah. Termasuk yang dia makan juga.

Aku mencari-cari sesuatu. Di pekarangan. Di rumah, apapun itu. Pokoknya yang bisa dimakan, terutama untuk anak-anak. Aku ? Cukuplah yang penting bisa mengganjal perut. Aku bisa saja protes pada Mas Yoto, betapa selama ini aku bisa masak tiap hari dari upahku sebagai buruh cuci dan bersih-bersih di rumah orang-orang. Sama sekali tak pernah meminta uang darinya karena selalu saja ujung-ujungnya adalah pertengkaran yang membuat hatiku makin luka. Jangankan karena korona, entah kapan terakhir kali dia memberiku uang untuk belanja. Aku sudah tak mampu lagi berdebat. Tak penting. Badanku lemas. Sejak dua pekan ini jasaku cuci baju dan bersih-bersih semuanya diliburkan. Aku tak punya pemasukan. Sungguh, kenapa gelap sekali hari ini ???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar