#pentigrafCorona
Terjangkit
Pandanganku tak terliwatkan kepada barisan orang-orang di depan swallayan dan toko-toko sembako yang masih tutup. Hari masih terbilang pagi. Matahari belum lagi tinggi. Genangan air sisa hujan malam tadi pun masih mengantung di ujung dedaunan. Entah jam berapa mereka bangun lalu mengantri begitu rupa. Persis sedang menunggu pembagian sembako gratis. Wajah-wajah yang terlihat masih mengantuk, belum mandi dan sedikit bau keringat menghiasi pemandangan pagi ini.
Juga tentang orang-orang yang berjalan tergesa menuju stasiun MRT dengan wajah tertutup masker. Semua berebut sampai lebih dahulu ke tempat kerja. Orang-orang yang berbaris menunggu bis dan antrian taksi ikut mewarnai pagi yang terasa janggal. Entah aku yang tersilap akan berita. Sehingga tak tahu apa yang akan terjadi. Entah aku lupa akan adanya perayaan keagamaan? Entahlah. Terasa asing berdiri sendiri di jalan.
Tak tertinggal pula para wanita paruh baya yang berjajar di depan mesin-mesin ATM menunggu giliran untuk mengambil tabungannya. Barisan manusia yang penuh ketakutan dengan wajah yang tegang, terlalu menyia-yiakan waktu, menurutku. Untuk apa mereka melakukan hal bodoh seperti itu? Pikirku. Atau, aku yang kudet alias kurang update berita terkini? Mengingat sudah sebulan ini aku hanya asik di depan layar laptop guna menyelesaikan novel terbaruku. Aku masih berdiri terpaku saat seorang wanita tiba-tiba jatuh telungkup di depanku. Tak lama kemudian kerumunan orang-orang itu berlarian menjauh dengan panik. Tak ada yang datang menolong. Dengan rasa kemanusiaan, hatiku tergerak untuk membantunya berdiri, akan tetapi orang-orang justru ramai memekik menahanku untuk membantu wanita itu. Aku semakin bingung hingga datang beberapa orang berpakaian serupa astronot lalu membawa tubuh wanita itu ke dalam ambulan, juga membawaku pergi. Lapat-lapat kudengar obrolan, bahwa kami terkena virus covid-19. Apa itu? Aku tak tahu, hanya tubuhku terasa menggigil dan kepalaku pening.
Spore 260320
Tidak ada komentar:
Posting Komentar