Aku Rindu Rumah-Mu
Sejak November 2020 lalu, tiba-tiba makhluk mungil yang tak kasat mata telah dikirimkan oleh Tuhan sebagai tentara-tentara yang menyerang dan menyebar di seluruh dunia. Makhluk kecil itu tiba-tiba popular, bahkan melebihi artis dunia. Dialah yang setiap saat disebut-sebut oleh manusia di seluruh dunia, yaitu Korona. Bentuknya memang tak kasat mata, tapi siapa yang takut dengannya?
Setiap daerah yang dinyatakan terpapar virus ini, dinyatakan lockdown. Bekerja di rumah, belajar di rumah, dan ibadah di rumah. Demikian juga di kampung Tirai Bambu, desaku. Beberapa orang dinyatakan sebagai ODP (Orang Dalam Pengawasan), PDP (Pasien Dalam Pengawasan), dan bahkan ada yang sudah meninggal akibat makhluk kecil yang bernama Korona ini. Hal ini menyebabkan di kampung ini dilarang untuk sholat di Masjid, yang sebelumnya masih boleh jamaah di masjid, tetapi dengan diberi jarak satu meter tiap jamaah dalam shof sholatnya. Hal ini menjadikan kampung Tirai Bambu ini semakin mencekam. Tak ada yang berani keluar rumah, bahkan untuk belanja kebutuhan sehari-hari mengandalkan jasa ojek online. Gang-gang rumah yang dulu ramai dengan anak-anak bermain, kini menjadi lengang. Tak terkecuali Masjidnya, sekarang sangat sepi. Meski setiap wakttu tetap mengumandangkan adzan, namun jamaahnya sudah lengang.
Senja ini saya mencoba duduk di teras rumah, untuk menghilangkan rasa bosan karena sudah hampir dua pekan berada di rumah. Tak terasa terdengar kumandang adzan magrib. Tak terasa air mataku menetes. “Yaa, Robb, aku rindu bersujud di rumah-Mu!” Gumamku dalam hati.
Kibtiyani, SDN Turi 2 Blitar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar