Pengikut

Kamis, 09 April 2020

Menulis Dengan Bijak


Penulis: Edi Syahputra.H





Menulis Dengan Bijak

Adakah orang orang menulis tetapi tidak dengan bijak? Ada inilah yang akan saya sampaikan dalam tulisan kali ini. Bukan sebuah Artikel penting apa lagi ilmiah namun sekedar curhat keprihatinan menyikapi perilaku menulis di media sosial saat ini.  secara khusus para penulis Indonesia yang asal nyeplak di Media sosial.

Media sosial,  terutama Facebook dan Twitter,  merupakan media yang seolah olah tanpa batas bagi siapapun untuk menyampaikan pikiran yang ilmiah sampai dengan hanya sekedar mengeluh lagi ' bete ' diakun yang bersangkutan atau digroupnya. Tentu saja ini merupakan bentuk kebebasan berpendapat diera komunikasi modern saat ini.
Begitu mudah dan sederhana tidak perlu kemampuan tata tulis formal ilmiah, tak perlu melampirkan Potocopy identitas diri seperti kalau kita mengirimkan surat pembaca di surat kabar. Bahkan menggunakan akun seenaknya bukan sesuai jati dirinya pun bisa.

Namun kebebasan ini sering digunakan secara sembarangan dan mengacaukan bahkan cenderung merusak.  seperti saya amati setiap kali situasi politik memanas menjelang pemilu di negeri ini dan juga seperti keadaan Negeri ini sedang dilanda wabah corona, banyak akun akun bermunculan dengan nama yang aneh aneh dan saya yakin akun pengecut karena tidak menampilkan identitas secara terbuka.

Jika apa yang mereka sampaikan hal hal yang positif dan mendidik,  saya kira itu tidak masalah,  tapi apa yang mereka sampaikan diakun akun mereka cenderung membawa fitnah atau tuduhan serta celaan tanpa dasar dan bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Tuduhan maupun fitnah terhadap pribadi tertentu atau terhadap pemerintah senyatanya merupakan pemerintahan yang sah dan dipilih oleh rakyat.

Lelah memprihatinkan dan bahkan sangat memalukan tulisan ungkapan kebencian tersebut dilakukan oleh orang orang yang berpendidikan tinggi dan bahkan berprofesi sebagai pendidik.

Salah satu contoh mencemaskan ada tatkala yang bersangkutan menganjurkan untuk yang ingin mengungkapkan kebencian seperti yang ia lakukan agar jangan menggunakan nama sendiri yang oleh orang tua mereka sesungguhnya memang mengarah agar terkesan agamis

Tatkala saya tanggapi, yang bersangkutan mengatakan bahwa itu pengarahan untuk kalangan mereka sendiri.

Menulis di media sosial seyogyanya memang harus dengan bijak. Media sosial memang bisa saja jadi media untuk mengungkapkan keluh kesah dari masalah sakit kulit, panu, bisul dan kanker serta Covid-19.

Bisa juga untuk mengungkapkan kagalauan, kesedihan atau kegembiraan. Tetapi tentu saja berbeda dengan buku  harian yang biasanya memang untuk dibaca secara secara pribadi oleh pemiliknya.

Media sosial dibaca secara sangat luas dan berdampak sangat massive,  maka fitnahan dan tuduhan dalam bentuk apapun akan berakibat yang tidak sederhana, bisa berakibat pada pembunuhan karakter seseorang bahkan mengguncang stabilitas pemerintahan serta meresahkan masyarakat.
https ://edsamatra.blogspot.com

1 komentar: