"Tgk. ILYAS LEBE'. "
"Tengku Muhd. Daud Beureueh bersama Tengku Ilyas Lebé (Kepala Resimen VII Aceh Tengah) dan beberapa anak buah saja yang setia, akhirnya turun gunung dari kèm “Mardhatillah”, disambut oleh Syama’un Gaharu (Penguasa perang Indonesia di Aceh) dan A. Hasjmy (gubernor Aceh). Bersamaan dengan perjanjian damai itu, pemerintah Indonesia memberi kompensasi dan amnesti. Tengku Ilyas Lebé mendapat lahan perkebunan kopi dan fabrik penggiling kopi di Bener Lampahan. Di atas tanah pemberian Sukarno (baca: pemerintah Indonesia) inilah Tengku Ilyas Lebé menyara anak-anak dan saudaranya. Namun, beliau secara peribadi, beliau nampak tidak betah menduduki fasilitas ini. Ini terbukti, pabrik Kopi ini menjadi besi tua, yang bangkai pabrik kopi tersebut masih dapat disaksikan sampai sekarang. Berawal dari tahun 1962-1975, beliau lebih memilih berkelana hingga ke daerah Batak Karo dan berhasil meng-Islam-kan lebih dari 1.500 penduduk Pak-Pak, Batak Karo. Upacara pen-syahadat-an disertai dengan “rebah”-nya 17 kerbau untuk jamuan, sekaligus meresmikan Tengku Ilyas Lebé sebagai Reje Linge ke-19.
Pada awal tahun 1970-an, Tengku Hasan di Tiro datang berkunjung ke Aceh dan berjumpa dengan Tengku Ilyas Lebé di Takengen. Sejak pertemuan itulah, bercambah gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang buat pertama sekali dicetuskan di Tanah Gayo, disertai oleh beberapa Ulama. Dalam struktur pemerintahan GAM, Tengku Ilyas Lebé menempati posisi sebagai Menteri Keadilan (1976-1982). Setelah Dr. Muchtar Hasby Geudông (Perdana Menteri) mati syahid tahun 1982, Tengku Ilyas Lebé menempati jabatan tersebut. Dengan kata lain, merangkap jabatan –Perdana Menteri dan Menteri Keadilan– hingga beliau mati syahid tahun 1984.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar