Kisah Abu Kasem
"Wait and See-lah"
Tidak mudah mencari sosok yang serupa dengan Mukas Abu Mukas Abu, demikian adanya.
Malahan kata orang bijak, satu abad ya satu orang.
Tapi kali ini saya tidak membahas kelangkaan itu, biarkan saja tinta zaman mencatatnya.
Banyak hal, saya dan kawan-kawan bertanya ama beliau, dari persoalan kecil sampai besar, dan dalam singkat waktu (kapanpun) mengalirlah jawaban solusi dan petuah-petuah hidup.
Mengalir bagai air Krueng Muko -deras dan sejuk, ranum bagai belahan durian legit Mata Ie di Lhok Mbok dan terkesima kita bagai gadis Pulo Sunong sedang meu-upa di kolam air panas ditengah sawah.
Soal Seulangke melamar gadis, beliau memegang rekor tidak terkalahkan, sudah banyak pasangan berbahagia atas itu. Tapi saya heran beliau tidak pernah tergoda mencari kesempatan dalam kesempitan, cahroad berjalan sesuai koridor. Rekam jejak baik, smpai saat ini kita belum pernah mendengar ada komplen dari Paslon Lelaki kalo Abu telah menikung ditikungan.
Ada kesedihan mendalam, ketika saya tidak mampu membantu mengurus kepindahan seseorang yang beliau sangat sayangi, padahal beliau bisa dengan mudah meminta bantuan dari petinggi kota tapi tidak dilakukannya. Saya bertanya kenapa? Normatif dan sesuai aturan saja katanya. Tersirat beliau tidak cengeng, tak menuntut balas budi dan tidak ingin bergantung. "Jangan bergantung pada makhluk"-sikap hidup.
Beberapa waktu lalu terkait hiruk pikuk dan dinamika dunia (misal) dari soalan Mante sampai Pesawat Amerika yang terdampar, saya mengejar sikap apa segera kita ambil. Lagi-lagi beliau menunjukkan originalnya, tidak gegabah, penuh perhitungan. Jawaban singkat dan padat dari beliau:
"WAIT AND SEE".
Saya membuka kamus apakah ada perbedaan terjemahan dulu dan sekarang, ternyata tidak, tetap arti yang sama "Tunggu dan Lihat".
Ya beliau tetap Abu Muhammad Kasem yang sama, yang kami kenal sejak di Lorong Cut Putri Beurawe sampai kini. Kokoh bagai Seulawah, setia seperti ombak yang terus mendatangi pantai.
#cermindonya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar