Pengikut

Jumat, 01 Mei 2020

Motivasi Menulis Setiap hari dan Menerbitkan buku

Resume

Pertemuan kelas belajar menulis online gelombang 7 bersama Om Jay pada siang hari ini tanggal 1 Mei 2020 Pukul 13.00 s.d 15.00.

Narasumber :Dadang Kadarusman
Tema:Motivasi Menulis Setiap hari dan Menerbitkan buku

Nasihat dari mentor saya hari ini dari bapak Dadang Kadarusman ketika awal menulis buku, selalu menjadi pengingat dan motivasi kala sedang  kurang bersemangat menulis.

Sebagian dari kita tujuan dari menulis untuk menghasilkan karya berupa buku. Kenapa?  karena dengan memiliki buku sendiri ada kepuasan batin yang tidak ternilai dengan uang. Bisa dibayangkan berapa energi yang keluar untuk menghasilkan sebuah naskah, mulai dari mencari ide, referensi, berkorban waktu untuk menulis sampai mencari penerbit yang cocok dengan tema tulisan yang dibuat. Persoalan peminat banyak membeli atau tidak itu urusan yang lain.

Naskah buku yang diselesaikan dengan waktu yang lama, menyisakan satu tahap lagi yakni mencarikan "jodoh penerbit" yang tepat.  Karena tidak semua penerbit bisa menerbitkan buku dengan tema tertentu.

Mereka memiliki katagori buku yang akan dicetak sendiri  tentu dengan hitung hitungan potensi penjualan bisa laku atau tidak.

Maka penulis pemula kita dituntut untuk lihai melihat segmen apa yang dibutuhkan penerbit.  Mencari tahu jenis buku apa yang diterbitkan oleh penerbit dengan melihat buku yang diterbitkan.

Selain aktif melihat hasil terbitkan, kita bisa juga menanyakan langsung ke penerbitnya melalui media sosial.  Maka, perbanyak berteman dan follow dengan penulis, editor, dan penerbit perlu juga.

Dengan mengikuti sosial media nya kita akan lebih update informasi jenis buku yang mereka butuhkan. Selain itu tawarkanlah naskah buku kita yang telah selesai.

Biasanya kita diminta untuk mengirim langsung ke alamat email penerbit dan diminta menunggu paling lama 3 bulan untuk evaluasi naskah diterima atau ditolak.

Bila naskah diterima dan ditawarkan untuk diterbitkan maka sisa menunggu surat perjanjian kerja sama penerbitan. Namun bila ditolak maka bersiap siaplah mencari jodoh penerbit yang lain. Jangan menyerah bila penerbit pertama yang menolak itu bukan berarti tulisan nya jelek.

Seringkali penerbit menolak karena memang belum memprioritaskan naskah untuk segera diterbitkan, atau boleh jadi ada naskah yang sejenis yang duluan masuk dan sudah siap diterbitkan.

Pertanyaan para peserta :

Nama saya Dadang Kadarusman.
Ayah saya seorang guru sekolah dasar. Ketika saya masih kecil, beliau sering membawakan buku2 bacaan. Dari situ saya jadi suka membaca. Dan dari suka membaca itu kemudian saya berkeinginan untuk menulis. Jadi sejak kecil saya sudah menulis.

Dalam forum ini mungkin saya hanya bisa membawakan materi sedikit saja karena adanya keterbatan ilmu saya dan hal-hal lainnya. Namun semoga yang sedikit ini bisa menjadi tambahan referensi bagi bapak ibu yang ingin meningkatkan kemampuan menulisnya.
Saya rasa perkenalannya cukup sekian dulu ya Om B. Jika bapak dan ibu ingin mengenal saya lebih lanjut silakan kunjungi website saya www.dadangkadarusman.com

Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari adalah; Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya.

Bapak ibu boleh nggak menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis. boleh saja. tidak masalah. Tapi nanti seiring berjalannya waktu kita akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat kita.

Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari adalah; Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya.
Resume

Pertemuan kelas belajar menulis online gelombang 7 bersama Om Jay pada siang hari ini tanggal 1 Mei 2020 Pukul 13.00 s.d 15.00.

Narasumber :Dadang Kadarusman
Tema:Motivasi Menulis Setiap hari dan Menerbitkan buku

Nasihat dari mentor saya hari ini dari bapak Dadang Kadarusman ketika awal menulis buku, selalu menjadi pengingat dan motivasi kala sedang  kurang bersemangat menulis.

Sebagian dari kita tujuan dari menulis untuk menghasilkan karya berupa buku. Kenapa?  karena dengan memiliki buku sendiri ada kepuasan batin yang tidak ternilai dengan uang. Bisa dibayangkan berapa energi yang keluar untuk menghasilkan sebuah naskah, mulai dari mencari ide, referensi, berkorban waktu untuk menulis sampai mencari penerbit yang cocok dengan tema tulisan yang dibuat. Persoalan peminat banyak membeli atau tidak itu urusan yang lain.

Naskah buku yang diselesaikan dengan waktu yang lama, menyisakan satu tahap lagi yakni mencarikan "jodoh penerbit" yang tepat.  Karena tidak semua penerbit bisa menerbitkan buku dengan tema tertentu.

Mereka memiliki katagori buku yang akan dicetak sendiri  tentu dengan hitung hitungan potensi penjualan bisa laku atau tidak.

Maka penulis pemula kita dituntut untuk lihai melihat segmen apa yang dibutuhkan penerbit.  Mencari tahu jenis buku apa yang diterbitkan oleh penerbit dengan melihat buku yang diterbitkan.

Selain aktif melihat hasil terbitkan, kita bisa juga menanyakan langsung ke penerbitnya melalui media sosial.  Maka, perbanyak berteman dan follow dengan penulis, editor, dan penerbit perlu juga.

Dengan mengikuti sosial media nya kita akan lebih update informasi jenis buku yang mereka butuhkan. Selain itu tawarkanlah naskah buku kita yang telah selesai.

Biasanya kita diminta untuk mengirim langsung ke alamat email penerbit dan diminta menunggu paling lama 3 bulan untuk evaluasi naskah diterima atau ditolak.

Bila naskah diterima dan ditawarkan untuk diterbitkan maka sisa menunggu surat perjanjian kerja sama penerbitan. Namun bila ditolak maka bersiap siaplah mencari jodoh penerbit yang lain. Jangan menyerah bila penerbit pertama yang menolak itu bukan berarti tulisan nya jelek.

Seringkali penerbit menolak karena memang belum memprioritaskan naskah untuk segera diterbitkan, atau boleh jadi ada naskah yang sejenis yang duluan masuk dan sudah siap diterbitkan.

Pertanyaan para peserta :

Nama saya Dadang Kadarusman.
Ayah saya seorang guru sekolah dasar. Ketika saya masih kecil, beliau sering membawakan buku2 bacaan. Dari situ saya jadi suka membaca. Dan dari suka membaca itu kemudian saya berkeinginan untuk menulis. Jadi sejak kecil saya sudah menulis.

Dalam forum ini mungkin saya hanya bisa membawakan materi sedikit saja karena adanya keterbatan ilmu saya dan hal-hal lainnya. Namun semoga yang sedikit ini bisa menjadi tambahan referensi bagi bapak ibu yang ingin meningkatkan kemampuan menulisnya.
Saya rasa perkenalannya cukup sekian dulu ya Om B. Jika bapak dan ibu ingin mengenal saya lebih lanjut silakan kunjungi website saya www.dadangkadarusman.com

Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari adalah; Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya.

Bapak ibu boleh nggak menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis. boleh saja. tidak masalah. Tapi nanti seiring berjalannya waktu kita akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat kita.

Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari adalah; Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya.

Baik Pak Syukri. Betul pak, kalau dipaksa bisa. Tapi, 'paksaan' adalah sebuah proses yang efektif untuk mendisiplinan seorang pembelajar yang belum memiliki 'refleks menulis' sendiri. Saya misalnya, sudah mulai menulis sejak SD. Tapi menulis setiap harinya barus setelah bekerja dibisa HR. Bahkan bagi yang sudah biasa menulispun butuh dipaksa. 1) Mengenai Thema, dalam tahap belajar; TIDAK USAH KHAWATIR SOAL TEMA dan sistematika penulisan. Pokoknya nulis saja. Tidak usah takut salah. toh ini bukan UN kan? Kalau saya bicara dengan penulis yang sudah pro, saya menuntut mereka hasil karya yang pro. Tapi, bagi pembelajar, yang terpenting adalah; kemauan untuk terus praktek menulis. Lalu, bersedia mendengar masukan dari orang lain untuk perbaikannya

Baik Bu Dwi. Saya mulai menulis sejak SD, aktif sekali SMP sampai ikut lomba-lomba. Berarti sudah sekitar 40 tahun menulis. 1. Kapan mulai dipercaya oleh penerbit? Sekitar 10 tahun lalu. Jadi butuh 30 tahun perjalanan terlebih dahulu. Tapi, ada tapinya. Kondisi saya dulu beda dengan sekarang. Dulu, penerbit hanya sedikit. Dan mereka punya bargaining power yang sangat tinggi. Maka mereka sulit ditembus. Sekarang, ada Sangat banyak penerbit. bahkan menerbitkan sendiri pun bisa. Sehingga Bu Dwi tidak butuh waktu selama saya untuk diercaya penerbit. #2. Kalau kita masih pemula, sebaiknya tidak usah menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit. Karena kita yang masih pemula butuh mereka kan ya. Strateginya paling gampang adalah; Ibu terus ikut kursus menulis seperti ini, lalu bikin naskah sambil konsultasi terus dengan penyelangara. Omjay, misalnya. Saya yakin beliau bisa menghubungkan kita dengan penerbit. Jadi ininya seperti saya jelaskan diawal; Fokus dulu kepada proses mengasah skill menulisnya saja. Lalu biarkan hasil karyawa ibu berseliweran diruang publik. Nanti, bakal seperti bakal jadi seperti lampu yang menarik perhatian para laron. N


Menurut saya pembelajaran hari ini dengan tema motivasi menulis setiap hari dan menerbitkan buku sangat menarik bagi saya temanya dari bapak Dadang Kadarusman.

Edi syahputra.H S.Pd
SMA Negeri 13 Banda Aceh
https ://edsamatra.blogspot.com

9 komentar: