Pengikut

Rabu, 13 Mei 2020

Sam Ratulangi sosok penting di Balik Nama "indonesa"

Sam Ratulangi, Sosok Penting di Balik Nama ‘Indonesia’

 MATA INDONESIA, JAKARTA – Jauh sebelum kemerdekaan, istilah ‘Indonesia’ bukanlah kata yang sering didengar oleh pribumi Tanah Air. Sosok Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau yang lebih dikenal dengan nama Sam Ratulangi berperan besar dalam kampanyenya membawa nama ‘Indonesia’ ke seluruh wilayah Tanah Air.

Sam Ratulangi setelah menimba ilmu di Belanda, ia kembali ke Indonesia untuk berbagai misi sosialnya. Ia pindah ke Bandung dan mendirikan sebuah perusahaan asuransi yang bernama Levensverzekering Maatschappij Indonesia. Ini menjadi perusahaan pertama yang membawa nama Indonesia di dalamnya.

Kampanye yang dia lakukan adalah untuk memperkenalkan sebuah kata yang dapat mempersatukan orang di seluruh wilayah Nusantara. Menurutnya, Indonesia bukanlah hanya sebagai satuan kewilayahan, melainkan juga kesatuan politik yang terdiri dari pemirikan berbagai pulau.

Bersama Ir Crane, Dowes Dekker dan Suwandi Suryaningrat pada tahun 1922, Sam Ratulangi mengadakan rapat besar di Bandung. Dalam rapat inilah istilah ‘Indonesia’ mulai diperkenalkan untuk membangkitkan semangat perjuangan menggapai kemerdekaan.

Dalam rapat itu ia menegaskan perlunya zelf gouverment atau pemerintahan sendiri bagi Indonesia. Sam Ratulangi selama hidupnya dikenal banyak mendirikan organisasi-organisasi sosial untuk membantu sesama.

Pada 1924, ia menghapuskan sistem kerja paksa pada rakyat Minahasa dan membuka transmigrasi ke Minahasa Selatan saat menjabat sebagai sekretaris Dewan Minahasa (Minahasa Raad) pada tahun1924 hingga 1927

Ia berpidato keras mengenai ketidakadilan yang dilakukan oleh Belanda kepada Indonesia :

“…Hapuskan perbedaan antara bangsa Belanda dengan bangsa Indonesia. Sungguh amat banyak hal-hal yang tidak adil dirasakan oleh bangsa Indonesia, baik di bidang politik, ekonomi, pendidikan maupun dalam kegidupan sehari-hari. Perbedaan-perbedaan itu harus segera ditiadakan.”

Perlawanan yang ia lakukan sama seperti para pejuang kemerdekaan lainnya. Tidak bisa hidup tenang, selalu di bawah intaian Belanda, bahkan tak sering keluar masuk penjara karena menentang ketidakadilan yang dilakukan kolonial.

Sebagai aktivis sosial, Sam Ratulangi sangat berbelas kasih kepada masyarakat. Sehingga rakyat Sulawesi ketika itu memberinya gelar ‘Tonaas’ atas keberanian, kepemimpinan serta perjuangannya dalam melindungi hak-hak rakyat Sulawesi.

Sam Ratulangi di tengah pemerintahan Jepang pada 1944, ia diam-diam mempersatukan semangat dari rakyat untuk segera mencapai kemerdekaan. Ia membentuk sebuah organisasi untuk memberikan informasi dari dalam pemerintahan Jepang.

Saat berdirinya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Sam Ratulangi bersama Andi Sultan dan wakil dari Sulawesi lainnya ikut ke Jakarta untuk mempersiapkan segala kebutuhan perebutan kemerdekaan.

Pasca diproklamirkan kemerdekaan oleh Soekarno di Jakarta pada 17 Agustus 1945, Sam Ratulangi diangkat sebagai gubernur Sulawesi yang berkantor di Ujung Pandang. Namun, satu bulan setelahnya pasukan Belanda bersama NICA berupaya mengambil alih pemerintahan.

Hal ini tentu sangat ditentang oleh Sam Ratulangi dan kawan-kawan. Ia kemudian mendirikan ‘Pusat Keselamatan Rakyat’ sebagai bentuk perlawanan bersama rakyat.

Pada tanggal 10 November 1948 keluar pernyataan ‘Manifes Ratulangi’ yang disiarkan juga oleh RRI. Ia mengeluarkan pernyataan keras dari Sam Ratulangi yang menentang Indonesia bagian Timur dari Republik Indonesia.

Sam Ratulangi lahir di Tondano, Sulawesi Utara 5 November 1890. Ia adalah anak terpelajar yang memulai pendidikan pada usia enam tahun. Saat sekolah ia menjadi siswa yang unggul, kepintarannya tak sebanding dengan anak-anak seusianya. Karena itu, semangat belajarnya yang tinggi membuat beasiswa dari pemerintah.

Pada tahun 1904 ia berangkat ke Batavia untuk menyelesaikan pendidikannya tahun 1908 di Sekolah Teknik Koninginlijke Wilhelmina School dibagian mesin.

Lulus dari sana, ia juga pernah belajar di pabrik kereta api di Bandung. Ketidakadilan didapatnya saat bekerja, upah yanf ia terima tidak sebanding dengan kerja yang dilakukan. Karena pribumi, ia mendapatkan upah yang lebih rendah dibanding pegawai Belanda, sementara untuk derajat dan posisinya setara.

Ia sangat bertekad menggungguli orang-orang Belanda. Sampai pada saat ia mendapat warisan dari kedua orang tua yang sudah meninggal, Ratulangi memutuskan untuk berangkat belajar ke Belanda.

Ratulangi memperoleh ijazah ilmu pasti pendidikan sekolah menengah (Middelbare Acte Wiskunde en Paedagogiek). Ia juga pernah menjadi Indische Vereninging (Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) di Eropa.

Sam Ratulangi pada 1948 ia berangkat ke Filiphina untuk sebuah misi persahabatan. Namun, keberangkatan itu membuat dirinya ditangkap dan diasingkan oleh Belanda yang sedang melakukan agresi militer kedua.

Ia diasingkan ke pulau Bangka disaat kondisi kesehatannya memburuk karena telah dimakan usia. Pada tanggal 30 Januari 1949, Dr Sam Ratulangi menghembuskan nafas terakhirnya di tengah perjuangan melawan kezaliman Belanda. (Maropindra Bagas/R)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar