Pengikut

Jumat, 15 Mei 2020

Ketika buku ditolak penerbit mayor

Resume 

Pertemuan kelas belajar menulis online gelombang ke 7 bersama Om Jay pada siang hari ini tanggal 15 Mei 2020 Pukul 13.00 s.d 15.00. 

Narasumber: Bapak Wijaya Kesumah. M.Pd 

Tema: Ketika Buku Mu di Tolak Penerbit mayor. 

Mungkin lahir beliau, pendidikan Beliau,alamat beliau, pengalaman beliau serta karier beliau saya tidak lagi menulis kan diresume ini. Karena beliau sudah beberapa kali memberikan materi kepada kita peserta kelas menulis online gelombang 7 ini. Walaupun hari tiba tiba mendadak berganti narasumber karena bapak Edi Arham ada sesuatu dan lain hal makanya tidak bisa ikut bersama kita, tapi narasumber yang satu ini juga gak kalah mantap nya juga.

Sedih rasanya bila buku kita tulis ditolak oleh penerbit. Sakitnya tu disini? Kata Om Jay. 

Beliau orang yang pantang menyerah. Ketika naskah bukunya di tolak para penerbit Mayor,beliau tidak putus asa, beliau akan menerima dengan lapang dada. 

Berkali-kali gagal lekas bangkit dan cari akal.  Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati bercahaya. Kegagalan adalah awal dari kesuksesan yang tertunda. 

Beliau memperbaiki tulisannya. Kemudian beliau baca kembali. Beberapa teman yang beliau percaya, beliau minta untuk memberikan masukan.  Hasilnya buku beliau menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak dibaca. 

Ibarat seorang mahasiswa S1  yang skripsinya dipermak habis sama dosen pembimbingnya. Ibarat mahasiswa S2 yang tesisnya ditolak promotor nya dan ibarat S3  yang ditolak disertasinya. 

Beliau berterima kasih kepada para penerbit yang sudah menolak buku yang beliau susun. Dengan begitu buku yang beliau menjadi layak jual.  Coba kalau seandainya naskah bukunya langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isi nya kurang menarik hati pembaca. 

Beliau jadi banyak belajar semenjak bukunya ditolak penerbit Mayor. Beliau perbaiki dan terus perbaiki sehingga naskah bukunya menjadi lebih enak dibaca.  Butuh waktu lama mengerjakannya. Beliau pantang menyerah. Beliau belajar dari penolakan. 

Ibarat perahu yang sudah berlayar tentu pantang untuk kembali ke pelabuhan. Jalan terus sampai tujuan walau banyak ombak besar menghadang. Tidak ada nahkoda ulung yang tidak mengarungi lautan yang berombak ganas. 

Ketika bukumu ditolak penerbit, teruslah menulis dan jangan sampai berhenti menulis. Ketika engkau terus menulis, maka tulisanmu akan semakin tajam dan nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual. 

Perbaiki dan terus perbaiki sehingga penerbit Mayor mau menerbitkan bukumu tanpa kamu keluarkan uang satu senpun. Kamu pun tersenyum ketika royalti buku mu mencapai angka yang fantastis. 

Pertanyaan para peserta kelas belajar menulis online Bersama Om Jay :

Sedih rasanya bila buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Saya sendiri pernah merasakannya. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh di sini! (sambil mengelus dada) hahaha. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini, hihihi.

Saya dulu sering dikuncup saat saya masih kecil, ndak mengenal teori menulis atau paragraf. Setelah saya kuliah lalu memperoleh teori kok tambah ndak PD takut salah gimna cara mengatasinya, apa lagi menulis diawal paragraf?

Ini contoh buku yang ditolak penerbit mayor. Kami tidak putus asa dan terus bersemangat untuk memperbaiki isi bukunya. Alhamdulillah akhirnya diterima penerbit mayor. Berkat buku ini, kami keliling Indonesia untuk berbagi ilmu PTK.

Jawaban pertanyaan 1, Dasarnya karena tulisan kita kurang sesuai dengan standart penerbit, dan biasanya calon penulis baru begitu sangat menggebu gebu dan sangat yakin bukunya akan laku. Rasa percaya diri itu dibangun mlalui proses terus menerus, dan jatuh bangun. Seperti anda belajar sepeda, awalnya agak susah naik sepeda. tapi kalau sdh bisa mah enak enak saja, hehehe

Om jay, mau nanya

Pertanyaan pertama. 
Biasanya para editor itu apa saja yg menjadi dasar, diperhatikan dalam tulisan yg diterbitkan

Kedua apa yg menjadi pertimbangan menulis buku umum dengan buku sekolah agar apa yg di tuliskan bisa diterbitkan.

Omjay, kalau menerbitkan buku di penerbit indie dg biaya sendiri apakah ada fasilitas layout buku layaknya buku yg diterbitkan di penerbit mayor. Soalnya kmrn sy menerbitkan buku pelajaran di penerbit indie dg biaya sendiri isi materi tdk di ubah sama sekali tata letaknya shg bukunya tdk menarik.

Saya hari ini agak terlambat ikut masuk kelas karena kemesjid dulu shalat jumat. Menarik sekali tema hari ini dari Om Jay. Beliau sendiri punya pengalaman bahwa pernah juga ditolak naskah beliau oleh penerbit mayor seperti yang saya tulis diatas. 

Edi Syahputra.H S.Pd 
SMA Negeri 13 Banda Aceh 
https ://edsamatra.blogspot.com

2 komentar: