Pengikut

Sabtu, 31 Oktober 2020

Tujuan Belanda Datang ke Aceh


Sebelumnya hubungan baik antara Aceh dengan Belanda yang sudah terbina sekitar 200 tahun, mulai tampak retak sejak pertengahan pertama abad 19. Oleh karena perubahan persetujuan Traktak London yang mengizinkan Belanda di Batavia pada tanggal 18 Maret 1873 mengirimkan ultimatum kepada Raja Aceh agar menyerah, dan ultimatum ini di tolak. Belanda mengirimkan ekspedisi yang dipimpin jendral Kohler dan tewas dalam pertempuran. Belanda mengirimkan pasukan lebih besar, dipimpin Jendral Van Swieeten di Padang. Kutaraja berhasil dikuasai Belanda. Sejak saat itu mulailah menanam kukunya di Aceh. 

Pertama, rupanya Belanda benar -benar ingin merebut kedaulatan kerajaan Aceh, maka tepatnya tanggal 26 Maret 1873, Belanda mengumumkan perang dengan kesultanan Kerajaan Aceh, dengan alasan telah bersalah dan melanggar perjanjian Niaga,  perdamaian dan persahabatan yang dibuat pada tanggal 30 Maret 1857 dengan pemerintah Hindia Belanda untuk menguasai Aceh. Hal ini tentu tidak terlepas dari ketamakan Belanda untuk menguasai hasil alam Aceh dan menguasai jalur pelayaran yang sangat dikenal oleh pedagang pedagang luar negeri karena Aceh telah sangat terkenal dan berkembang sebagai pusat perdagangan internasional. 

Sejalan dengan Perwujudan Pax Neerlandica, maka sejak tahun 1870 tampaknya Belanda semakin bernafsu untuk menaklukkan Aceh. Ada dua faktor penyebabnya: pertama, sejak tahun itu dikeluarkan undang - undang Agraria yang berarti prinsip prinsip liberalisme mulai dipraktekkan, tetapi tetap tidak terlepas dari ikatan untuk tujuan penjajahan. Pemilihan Belanda dengan meletakkan pulau Sumatera sebagai prioritas pertama rencana ekspansi mereka mengandung beberapa pertimbangan dasar, antara lain faktor faktor ekonomis dan geografis pulau tersebut yang cukup memungkinkan untuk tercapainya tujuan penjajahan yang telah digariskan dari segi politis. Khususnya Kerajaan Aceh selama ini merupakan penghambat utama gerak perluasan kekuasaan Belanda dipesisir timur dan selatan pulau Sumatera, mereka mengidealkan harus sukses diatasi. Disamping itu, modal dari berbagai bangsa Barat yang sedang ditanam terutama di daerah Sumatera Timur juga memerlukan jaminan keamanan dan salah satu paling tepat adalah dengan menundukkan kerajaan Aceh. Sebab selama kerajaan itu ditunjukkan, selama itu pula serangan akan selalu ditunjukkan terhadap kekuasaan Belanda disana. 

Kedua, sebagai faktor yang menyebabkan Belanda semakin berambisi untuk menaklukkan Aceh adalah dibuka nya terusan Suez pada tahun 1869 M. Pembukaan Terusan Suez telah mengakibatkan dunia mengalami perubahan besar, terutama di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Lalu lintas Internasional antara Timur dan barat semakin bertambah ramai dan karenanya ekspansi perdagangan dan penjajahan semakin tersemangati. Posisi strategis Aceh yang demikian tersebut menyebabkan Belanda semakin khawatir akan kemungkinan Aceh jatuh kepada salah satu negara barat lainnya. Hal inilah yang mendesak Belanda meninggalkan strategi lama dalam penaklukkan Aceh. 

Jadi oleh karena itu perang Aceh bagi negeri Belanda bukan sekedar pertikaian bersenjata. Ini merupakan fokus suatu politik nasional selama satu abad yang ditandai suatu babakan waktu peralihan tempo dulu. Pada masa sebelum Belanda menginjak kakinya di Aceh, negeri ini adalah sebuah kerajaan yang berdaulat, yaitu kerajaan Darusalam yang dipimpin oleh seorang sultan (raja). Belanda datang ke Aceh bertujuan untuk menjajah dan sekaligus sebagai misionaris. Oleh karena hasil alam yang sangat melimpah di Aceh maka Belanda ingin mengusainya, untuk tercapainya keinginan tersebut,  Belanda menyatakan perang kepada Kerajaan Aceh.

Sekian semoga bermanfaat bagi yang membaca nya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar