Pengikut

Jumat, 19 Juni 2020

Berbagi Pengalaman besama Sang editor buku

Resume 
Pertemuan kelas belajar menulis online gelombang ke 7 bersama Om Jay pada malam hari ini tanggal 19 Juni 2020 Pukul 19.00 s.d 21.00. 

Nara sumber: Siska 
Tema: Berbagi Pengalaman Menerbitkan Buku 

Curriculum vitae 

Nama: Siska Distiana 
Tempat / Tanggal Lahir: Klaten, 12 Desember 1985 
Usia: 34 Tahun 
Status Pernikahan: Menikah 

Nomor Kontak: 081329724184
Email: siskanulis@gmail.com
Alamat: Greenland Foresthiil Residence Blok D1 No, 15 
Jln Raya Letkol Atang Sanjaya, Desa Semplak Barat Kec Kemang. Kabupaten Bogor 16310 

Sosial Media 
Facebook: Siska Distiana 
instagram: 
@siskadistiana 
Twitter:  @siskadistiana 

Riwayat Pendidikan :

Formal :
1. SDN Gatak 1 Delunggu lulus Tahun 1997 
2. SLTPN 1 Delunggu, lulus Tahun 2000 
3. SMUN 1 Klaten lulus Tahun 2003
4. S1 ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS JENDERAL SUDIRMAN Purwokerto lulus Tahun 2008 

Riwayat Pekerjaan :

1. Staf  Fundraising Griya Zakat Banyumas, 2008 
2. Staf Fundraising LPI dompet Dhuafa, 2008 -2009 
3.  Project officer cafacity Bulding IMZ Dompet Dhuafa, 2009 
4. Koordinator Public Relations LPI Dompet Dhuafa, 2009 -2012 
5. Supervisor Marketing Komunikasi Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa, 2012 -2014 
6. Supervisor pusat sumber belajar Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa, 2014 -2015 
7. Asisten Program Eduprener Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa, September 2015 -Desember 2015 
8. Associate Marketing Komunikasi PT Sinergi Edukasi Indonesia, Januari - Maret 2016 
9. Sekretaris Umum Yayasan Pengembangan Insani Januari, 2016 -2018 
10. Content writer arsip co, 2018 
11. Content writer www gerakbareng.org, Maret -April 2020 


Kompetensi :

1. Public Relation
2. Training dan Public Speaking 
3. Jurnalistik 
4. Marketing dam Komunikasi 
5. Parenting 
6. Bahasa Inggris 
7. Standart Operating Procedure Development 
8. Training Development ( terutama bidang pendidikan) 
9. Menulis 
10. Editing 

Training yang pernah diikuti :

1. Teknik Coahing ( oleh Yeti Widiati Suryani Psikologi) 
2. Perkembangan Anak ( Oleh Yeti Widiati Suryani Psikologi 
3.character Bulding (oleh Erie sudewo social enterpreneur 
4. Social enterpreneur Leader (Erie Sudewo social enterpreneur) 
5. DNA sukses mulia (Oleh Jamil Azaini Motivator) 
6. Cafacity Bullding Marketing dan Comunication Oleh Edo Lavika pakar komunikasi) 
7. Teknik Marketing ( Oleh Tung Desem Waringin pakar Marketing) 
8. Sukses dengan karakter Pancasila (oleh zaim Uhcrowi motivator) 
9. NLP Training (oleh kartiko adi Pramono profesional coach) 
10. Menulis Kreatif ( oleh Sofie Beatrix penulis dan editor) 
11. Teknik Menulis Berita ( Oleh Arys Hilman, wartawan senior Republika) 
12. Mencapai Editor kompeten ( oleh Yofi Sartika Penulis dan editor profesional) 

Aktivitas Saat Ini :

1. Fultime Mother 
2. content Writer 
3. Copy Writer 
4. Gost Writer 
5. Freelance Editor 

Pengalaman Editing Buku. 

1. Multimedia Interaktif.  Ades Andrian Firmansyah S.Sn  978602933 

2. Tiga Kunci Fundraising Abdul ghofur 978 602 038486-3
3. Chakae, Gadis Baik. Vanya dkk. 972602521 
4. Bukan Sekedar Mendisplay    Kompak ( Komunitas Pengajar Kreatif)   978  979 3025-7

5. Ayo Gerak Bareng  Ahmad Zaki. Dalam proses Editing 
6. Berani Nikah Muda  Faris Fatwa  Dalam proses penerbitan 

7. Sekolah Langit.  Dra. Neneng Herawati. Dalam proses review 

8. Guru Terbaik Dengan Karya Terbaik   KOMED ( Komunitas Media Pembelajaran)  978 623 7507-6
9. Geliat KOMED 9. KOMED ( Komunitas Media Pembelajaran)  dalam proses Lay Out 
10. Berdaya dari ruang maya Tim Lembaga Beasiswa BAZNAS. 978 602 5776 -3
11. Berdaya Dari Ruang Maya 2 Tim Lembaga Beasiswa BAZNAS Dalam Proses Penerbitan 

Wah masyaAllah... Halo Ibu Nanik... Terima kasih atas pertanyaannya πŸ€—

Yang paling pertama saya lakukan adalah mengeluarkan apa yang berseliweran di pikiran saya Bu. Misalnya saya akan menulis tentang virus corona, maka semua yang saya pikirkan tentang itu saya tulis dulu. Biasanya saya menggunakan mind mapping sederhana untuk itu. 

Hal ini saya lakukan agar ketika saya menulis nanti saya tidak "tersesat" dan tidak ada informasi yang ingin saya sampaikan kemudian terlewat saya tuliskan. Pada dasarnya di sini saya sedang membuat kerangka tulisan, hanya dalam bentuk sangat sederhana dan "kasaran". 

Setelah semua isi pikiran saya keluarkan, lalu saya susun, mana yang akan saya letakkan di bagian pembuka, tengah, dan penutup tulisan.

Setelah semua selesai saya tulis, kemudian saya mengendapkan dulu tulisan itu. Minimal 15 menit saja. Tujuan mengendapkan ini adalah untuk mengistirahatkan otak. 

Kemudian, saya baca lagi tulisan saya. Biasanya setelah otak lebih jernih, maka akan lebih teliti saat membaca ulang ini. Jika ada salah ketik, atau letak yang tidak pas, bisa kita perbaiki. Nah di sini juga saya melakukan "self editing" atau mengedit sendiri. Kesalahan-kesalahan dalam tulisan tadi bisa saya revisi terlebih dahulu. 

Setelah semua dirasa oke, barulah saya setor tulisan saya ke editor (jika itu tulisan pesanan), atau saya posting jika tulisannya untuk kepentingan saya pribadi.

Demikian kiranya Ibu πŸ™πŸΌ

Saya jawab ya Bu...

Pertama, alhamdulillah sampai saat ini masih banyak yang order jasa penulisan maupun editing Bu, sehingga waktu saya saat ini terpakai untuk itu dulu. Jujur sudah cukup lama saya tidak menulis untuk diri saya sendiri 😁, semoga segera bisa ya... mohon doanya. 

Kedua, saya lebih memilih platform forum  seperti Kompasiana (walaupun akun saya sudah lama nggak aktif juga πŸ™ˆ karena alasan pertama tadi), karena kemungkinannya lebih besar untuk tulisan saya terbaca oleh orang lain. 

Kiranya demikian Bu πŸ™πŸΌ

Wa'alaykumsalam Pak Mardiyanto. Wah tebih nggih Pak, merantaunipun, dugi Kapuas 😊. 

Tentang menulis fiksi, pertama, perlu banyak membaca karya fiksi juga untuk memicu otak kita berimajinasi dan membangun cerita yang menarik. 

Terkadang saat hendak menulis fiksi kita ingin menyajikan konflik yang menarik agar pembaca bisa menikmati karya kita. Nah, saking ngΓͺbΓͺt-nya untuk itu, kita suka berpikir jauh dan mengawang-awang, akhirnya kadang tersesat. 

Lho, tersesat piye Mbak? Maksudnya tersesat pada konflik yang kita tidak pahami. Nah, tips berikutnya adalah, ambil konflik dari keseharian kita dan hal-hal yang dekat dengan kita. Misal, saya seorang ibu rumah tangga, maka jalan cerita yang saya bangun, konfliknya, ya tidak jauh dari kehidupan berumah tangga... hehehe... 

Pernah sekali waktu saya menulis tentang sesuatu yang saya kurang pahami. Saya juga tidak pernah terlibat dalam aktivitas yang saya angkat itu. Akhirnya, cerita yang saya buat jadi "garing" 😁. 

Bapak suka menulis fiksi ya? Monggo mampir ke halaman saya Pak https://www.storial.co/book/mencari-bahagia/

Tulisan Bapak (dan Teman-teman sekalian) juga bisa diposting di sana lho 😁 Bisa belajar juga dari penulis-penulis kawakan di sana

O ya, sedikit pemberitahuan untuk Teman-teman sekalian, saat ini saya dan rekan saya sedang mempersiapkan buku antologi tentang pendidikan di masa pandemi. Rencananya kami akan mengundang kolaborasi kepada para guru dan orang tua.

Saya berharap Guru-guru Hebat di sini bisa menjadi kontributor yaa... 

Nanti jika sudah siap segala sesuatunya, saya akan share detailnya seperti apa di grup ini ya.

Wah masyaAllah... Halo Ibu Nanik... Terima kasih atas pertanyaannya πŸ€—

Yang paling pertama saya lakukan adalah mengeluarkan apa yang berseliweran di pikiran saya Bu. Misalnya saya akan menulis tentang virus corona, maka semua yang saya pikirkan tentang itu saya tulis dulu. Biasanya saya menggunakan mind mapping sederhana untuk itu. 

Hal ini saya lakukan agar ketika saya menulis nanti saya tidak "tersesat" dan tidak ada informasi yang ingin saya sampaikan kemudian terlewat saya tuliskan. Pada dasarnya di sini saya sedang membuat kerangka tulisan, hanya dalam bentuk sangat sederhana dan "kasaran". 

Setelah semua isi pikiran saya keluarkan, lalu saya susun, mana yang akan saya letakkan di bagian pembuka, tengah, dan penutup tulisan.

Setelah semua selesai saya tulis, kemudian saya mengendapkan dulu tulisan itu. Minimal 15 menit saja. Tujuan mengendapkan ini adalah untuk mengistirahatkan otak. 

Kemudian, saya baca lagi tulisan saya. Biasanya setelah otak lebih jernih, maka akan lebih teliti saat membaca ulang ini. Jika ada salah ketik, atau letak yang tidak pas, bisa kita perbaiki. Nah di sini juga saya melakukan "self editing" atau mengedit sendiri. Kesalahan-kesalahan dalam tulisan tadi bisa saya revisi terlebih dahulu. 

Setelah semua dirasa oke, barulah saya setor tulisan saya ke editor (jika itu tulisan pesanan), atau saya posting jika tulisannya untuk kepentingan saya pribadi.

Demikian kiranya Ibu πŸ™πŸΌ

Wa'alaykumsalam Pak Edi. Wah, saya ingin sekali bisa berkunjung ke Aceh lagi.. Bumi Aceh sangat mengesankan πŸ‘πŸΌπŸ€©

Terima kasih atas pertanyaannya Pak. Bagaimana menulis berita yang baik? Pertama harus terpenuhi dulu semua unsur beritanya. Apa itu? 5W+1H (Who, What, When, Where, Why, dan How). 

Jadi sebuah berita harus bisa menceritakan *siapa* melakukan *apa*, *kapan* dan *di mana* dilakukannya, *mengapa* melakukan itu, dan *bagaimana* ia melakukannya.

Kedua, ada nilai aktualitas dan faktualitas dalam berita. Aktualitas itu kecepatan berita ditayangkan. Jadi makin cepat sebuah peristiwa diangkat menjadi berita dan ditayangkan/dimuat, akan lebih diminati khalayak. 

Kemudian faktualitas, ini bicara tentang kebenaran. Jadi sebuah berita harus benar-benar berdasarkan peristiwa nyata. Makin dekat sebuah berita dengan keseharian khalayak, biasanya akan makin diminati. Misal, Pak Edi menuliskan berita tentang seorang guru biologi di Aceh yang berhasil menemukan formulasi vaksin corona. Nah, Rekan-rekan guru lain pastilah akan tertarik untuk membaca itu daripada membaca tentang fashion show yang digelar di New York 😁. 

Terakhir, kemampuan menulis kita berbanding lurus dengan kemampuan membaca, saya selalu percaya itu. Jadi, makin banyak Bapak membaca berita, maka Bapak akan lebih mudah memproduksi diksi kata yang menarik pada naskah berita Bapak. 

Demikian kiranya, Pak Edi
Halo Ibu Lusia, selamat malam. Terima kasih atas pertanyaannya πŸ€—

Tentang surat keterangan, jika tidak ada yang menggugat tidak ada surat keterangan pun tak mengapa Bu. 

Surat keterangan kan biasanya diperlukan untuk ranah hukum ya. Jadi, jika tulisan kita dapat diterima dengan baik, tidak disertai surat keterangan pun tak mengapa. 

Lalu bagaimana cara membuat surat keterangan tersebut? Humm... jujur saya belum punya pengalaman juga tentang ini. Namun sepertinya bisa kita cari tahu dari institusi pemerintah yang menangani Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), ada Dirjen Kekayaan Intelektual https://www.dgip.go.id/


Edi Syahputra.H S.Pd 
SMA Negeri 13 Banda Aceh 
https ://edsamatra.blogspot.com

1 komentar: